Harga Migas Turun, Kukar Lirik Sektor Pertanian

By Admin


nusakini.com - Dampak turunnya harga migas akhir-akhir ini mulai berimbas pada keuangan daerah yang selama ini mengandalkan komoditas migas sebagai andalannya seperti Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Perubahan ini membuat struktur ekonominya berubah ke bidang pertanian, dan ini sangat didukung Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman.

“Kalau tambang bisa berakhir, tapi kalau padi ngga bisa berakhir. Kalimantan Timur ini menjadi perhatian kami karena ada daerah di sini yang juga defisit beras dan mengambil dari daerah lain seperti Sulawesi Selatan dan Surabaya,” kata Amran Sulaiman dalam sambutannya saat mengunjungi para petani di Kelurahan Bukit Biru, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Selasa (2/7/2016). 

Menteri Amran yang didampingi Ketua Tim Pakar Upaya Khusus (Upsus) Kementan Sam Herodian, dan Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari itu memprogramkan beberapa daerah di Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi lumbung pangan karena potensi lahannya yang sangat memadai. 

“Kaltim termasuk lima besar terluas potensi lahan pertaniannya di Indonesia. Maka tiga kabupaten di Kalimantan Timur yang akan kita jadikan lumbung pangan di Kaltim ini yaitu Kabupaten Kutai Kartanegara, Panajam Paser Utara dan Kabupaten Berau,” terang Amran yang disambut riuh para petani. 

Sehubungan dengan itu, Bupati Rita pun sangat berharap bantuan pemerintah pusat melalui Kementan berupa alat-alat mesin modern pertanian agar Kutai Kartanegara bisa seperti Sulawesi Selatan yang menjadi lumbung pangan secara nasional serta ikut mendukung program pemerintah dalam pencapaian swasembada beras. 

“Kutai Kartanegara akan mentransformasikan struktur ekonominya dari migas ketergantungan dan sumberdaya yang tidak bisa diperbaharui menjadi bisa diperbaharui, salah satunya dibidang pertanian,” terangnya. 

Apalagi, lanjut anak mantan Bupati Kartanegara Syaukani Hasan Rais itu, kabupatennya saat ini masih defisit anggaran atau belanja ekspektasi belanja tahun 2015 yang lalu berkurang dari anggaran yang ada atau APBD yang sekarang. 

“Hal itu terjadi karena harga migas turun luar biasa. Tadinya 120 per MMBTU (million metric British thermal unit), sekarang menjadi 30 per MMBTU. Sehingga keuangan kami betul-betul dalam kondisi kekurangan,” ujarnya. 

Jadi untuk mengantisipasi defisit itu, pihaknya harus memotong anggaran seluruh SKPD sebesar 40 persen termasuk pertanian serta berharap bantuan dari Kementan. 

“Daripada kita berhutang kemana-mana. Intinya kami berkomitmen untuk menjadikan Kabupaten Kutai Kartanegara ini menjadi daerah pertanian,” ujarnya. (p/mk)